Hukum dan Kriminal
Jalani Sidang Perdana, 3 Pelaku Penganiaya Santri di Mojokerto Hingga Tewas Terancam 15 Tahun Bui

3 Penganiaya santri di Mojokerto hingga tewas disidang
Mojokerto – Berita Patroli – Tiga pelaku dewasa yang menganiaya santri berinisial MUA (17) hingga tewas di Mojokerto, menjalani sidang perdana. Dalam dakwaan yang dibacakan Jaksa Penuntut Umum (JPU) terungkap peran masing-masing terdakwa.
Sidang perdana perkara ini digelar di Ruangan Cakra, Pengadilan Negeri (PN) Mojokerto sekitar pukul 13.45 WIB. Sidang dipimpin Ketua Majelis Hakim Husnul Khotimah, serta hakim anggota Made C Buana dan Jenny Tulak.
Tiga terdakwa mengikuti sidang secara daring dari Lapas Kelas IIB Mojokerto. Yaitu Ifan Hariyanto (21), warga Kelurahan Jepara, Bubutan, Surabaya, Ahmad Makynun Amyn (20), warga Desa Temuireng, Dawarblandong, Mojokerto, serta Bagus Irja Musabil (19), warga Kelurahan Wates, Magersari, Kota Mojokerto.
Dakwaan untuk ketiga pelaku dibacakan JPU Fajaruddin dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Mojokerto. Dalam dakwaannya, Fajaruddin menguraikan penganiayaan terjadi di depan asrama putri Ponpes Ismul Haq, Dusun Kowang, Desa Gebangsari, Jatirejo, Mojokerto pada Senin (26/6/2023) sekitar pukul 21.00 WIB.
Ketika itu, MUA dan temannya ACM mengikuti ujian kenaikan tingkat sebuah perguruan silat. MUA mengalami kekerasan fisik hingga terkapar. Ketika dilarikan ke Puskesmas Jatirejo, ternyata korban sudah tewas.
“Kesimpulan hasil autopsi kematian anak korban (MUA) akibat kekerasan benda tumpul pada perut yang mengakibatkan pendarahan kelenjar ludah perut (pankreatitis) sehingga mati lemas,” terang Fajaruddin di ruang sidang, Kamis (12/10/2023).
Fajaruddin menguraikan peran masing-masing terdakawa dalam penganiayaan MUA. Menurutnya, Ifan memukul perut dan punggung korban dengan tongkat Pramuka. Terdakwa 1 ini juga 3 kali memukul dahi korban dengan sandal.
Selanjutnya terdakwa Makynun 3 kali memukul punggung MUA dengan sikunya. Sedangkan Bagus memukul kepala korban dengan sandal selop hitam setiap kali korban salah melakukan gerakan push up dan lari di tempat.
“Ketiga terdakwa kami dakwa dengan pasal 80 ayat (3) junto pasal 76C UU nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak,” jelasnya.
Pasal tersebut mengatur tentang penganiayaan terhadap anak yang menyebabkan korban mati. Ancaman pidananya maksimal 15 tahun penjara dan atau denda Rp 3 miliar.
Pelaku penganiayaan terhadap MUA sejatinya berjumlah 6 orang. Tiga pelaku lebih dulu diadili karena berusia di bawah umur. Yaitu MN (17), siswa SMK warga Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto, IS (17), santri Ponpes Ismul Haq asal Kecamatan Gondang, Mojokerto, serta EW (15), santri Ponpes Ismul Haq, warga Kecamatan Patrol, Indramayu.
Vonis untuk ketiga anak berhadapan dengan hukum (ABH) itu juga digelar di PN Mojokerto pada Kamis (3/8/2023). Majelis hakim menyatakan ketiganya terbukti melakukan tindak pidana pasal 80 ayat (3) junto pasal 76C UU RI nomor 35 Tahun 2014. Masing-masing pun divonis 6 tahun 8 bulan penjara dan pelatihan kerja 3 bulan di LPKS Mojokerto.
(Red)
