Hukum dan Kriminal
Ungkap Fakta Baru Kasus Suami-Istri Saling Lapor KDRT Di Depok

Ilustrasi KDRT
Depok – Berita Patroli – Polisi masih menyelidiki kasus suami istri saling lapor KDRT di Depok. Terbaaru, polisi mengungkap suami, BIB, sering melakukan KDRT terhadap istri, PB.
Kasus tersebut kini diambil alih Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Dalam penanganan perkara tersebut, Polda Metro Jaya akan menggandng sejumlah ahli dan bekerja sama interkolaborasi dengan Komnas Perempuan, UPTD PPA DKI Jakarta, LPSKA, hingga Kementerian PPA.
Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto mengatakan suami istri tersebut sama-sama melakukan kekerasan yang dilatari faktor sebab-akibat.
“Saya sudah bisa melihat bagaimana perkara ini terjadi. Ini ada sebab-akibat antara suami dan istri yang saling melakukan kekerasan di satu pihak dan di pihak lain,” ujar Irjen Karyoto, dikutip Jumat (26/5/2023).
Karyoto meminta penyidik menangani kasus suami istri ini dengan adil dan berimbang.
Kalau menangani perkara harus benar-benar berimbang, kalau ada dua laporan ya dua-duanya kalau memang terpenuhinya unsur, perbuatan pidana itu bisa ya harus berimbang,” jelasnya.
Polisi mengungkapkan kasus istri korban KDRT di Depok sering mengalami KDRT berulang. Istri pernah melaporkan suami di 2016 namun saat itu kasusnya selesai dengan perdamaian.
“Setelah kita pelajari, penganiayaan terhadap istri ataupun korban ini bukan hanya sekali. Tahun 2016 ternyata sudah dilaporkan, namun terjadi restorative justice,” kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi saat jumpa pers, Jumat (26/5).
Kasus KDRT yang awalnya ditangani Polres Metro Depok ini telah diambil alih oleh Polda Metro Jaya. Hengki mengatakan, pada Kamis (25/5), telah melakukan gelar perkara dan disimpulkan perlu ada pendalaman kasus.
Hengki mengatakan pihaknya tetap mengupayakan agar kasus suami istri saling lapor KDRT ini diselesaikan melalui mekanisme restorative justice. Sebab, azas dan tujuan dalam Undang-Undang Penghapusan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) ialah mempertahankan keutuhan rumah tangga.
“Ke depan kami akan membahas bersama-sama terhadap kasus yang terjadi di Depok ini, namun sekali lagi sebagaimana yang disampaikan Bapak Kapolda, karena dalam undang-undang KDRT ini salah satu semangatnya dalam asas dan tujuan itu adalah keutuhan rumah tangga,” kata Hengki.
Polisi sangat membuka ruang apabila suami dan istri berkeinginan untuk berdamai.
“Tentunya apakah memang ada keinginan untuk restorative Justice itu kita buka ruang, karena undang-undang yang ada disebutkan di sana,” katanya.
Polisi Janji Tangani Kasus Secara ObjektifBerdasarkan amanat undang-undang (UU), lanjutnya, salah satu tujuan penanganan kasus KDRT ialah mempertahankan keutuhan hubungan rumah tangga. Namun, jika keduanya tak ada keinginan didamaikan, polisi akan memproses kasus secepatnya secara objektif.
“Apakah memang ada keinginan untuk restorative justice, kita buka ruang. Tapi kalau tidak tercapai restorative justice, kami akan kebut dalam penanganan kasus ini secara objektif, secara bersama-sama berkolaborasi dengan mitra maupun tim ahli,” katanya.
Hengki mengatakan penyidik mendalami dugaan kasus KDRT secara berulang. Jika terbukti, dia mengatakan, sanksi pelaku dapat diperberat.
“Karena ini perbuatan berulang, kami tambahkan Pasal 64 KUHP atau perbuatan berlanjut. Apabila ini benar dan kita temukan, ancaman hukumannya terhadap sang suami ini bisa bertambah sepertiga,” kata dia.
Suami di kasus KDRT di Depok mengaku kemaluannya diremas hingga luka parah oleh istrinya. Polisi menggandeng tim dokter untuk mendalami klaim pelaku, yang juga melaporkan istri dengan pasal KDRT ke Polres Metro Depok.
“Tim kedokteran ini untuk mempelajari lagi luka-luka daripada korban, termasuk tersangka sang suami ini, apakah lukanya ini merupakan akibat langsung dari perbuatan yang dilakukan oleh sang istri,” kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi kepada wartawan, Jumat (26/5/2023).
Pengakuan suami yang juga disampaikan Polres Metro Depok sebelumnya, ia dianiaya oleh istrinya. Disebutkan setelah istri disiram bubuk cabai, ia melawan hingga kemaluan suaminya diremas. Nantinya tim kedokteran dari kepolisian akan mendalami hal tersebut.
“Kita mendapatkan informasi bahwa, mohon maaf, ada pembengkakan yang sangat besar terhadap kemaluan ataupun testis dari pada suami, besar sekali itu. Ada surat keterangan dokter, ini kita sedang dalami apakah ini akibat langsung dari perbuatan daripada korban ini,” ujarnya.
Selain itu, pihak kepolisian turut menurunkan tim psikolog untuk mendalami trauma psikis dari sang istri akibat penganiayaan yang ada.
“Selanjutnya terhadap trauma psikis ini, ini delik yang berbeda lagi. jadi secara fisik dia mungkin dianiaya, sang istri, tapi secara psikis akan kita pelajari secara komprehensif. Ini merupakan delik yang berbeda, tindak pidana yang berbeda,” jelasnya.
Lebih lanjut, pihak kepolisian turut bekerjasama bersama stakeholder terkait mulai dari KemenPPPA hingga LPSK jika nantinya diperlukan. Kolaborasi yang ada dilakukan untuk mengusut kasus yang ada secara transparan.
Ayah PB, NS, mengungkapkan awal mula KDRT yang terjadi versi anaknya. Peristiwa itu terjadi pada 26 Februari 2023, di Cinere, Kota Depok.
“Awal mula dari si suami ada selisih paham dengan adiknya yang laki-laki terus dia menceritakan kejadian itu ke istrinya ni putri saya, PB. Kemudian tidak tahu gimana, terpengaruh emosi ya mungkin dalam pengaruh obat ya karena pemakai,” kata NS kepada wartawan di Polres Depok, Rabu (24/5).
NS mengatakan PB dipukul hingga mengalami memar-memar. Menurutnya, BIB juga menaburkan cabai bubuk ke mata PB.
Singkatnya, pertengkaran itu membuat PB menyelamatkan diri ke rumah mertuanya yang ada di sebelahnya. PB diselamatkan oleh adik iparnya hingga dikunci di dalam kamar.
Kemudian adik iparnya membantu dan menghubungi kenalan LSM. PB kemudian dievakuasi menggunakan mobil dan dibawa ke Polres Depok untuk divisum dan membuat laporan terkait KDRT.
“Setelah visum, dibawa (oleh) LSM itu ke rumah adik saya di Bekasi, saya belum tahu. Saya baru tahu keesokan harinya karena anak saya yang kedua itu agak sulit untuk menyampaikan kejadiannya ke saya karena ini cukup parah,” katanya.
Selang beberapa hari kemudian, NS mendapatkan informasi dari pengacaranya bahwa BIB melaporkan balik PB. Dalam laporan tersebut BIB menyertakan visum dengan keterangan ‘mendapatkan kekerasan di bagian kelamin’.
“Yang anehnya rumah sakit mengeluarkan visum itu yang nggak ada apa-apa, bahasanya yang divisum itu dia mendapat kekerasan di bagian alat kelamin katanya. Itu tidak bisa saya terima lah alasan itu,” imbuh NS.
NS merasa janggal dengan hasil visum tersebut. Sebab, sepengetahuannya, BIB memiliki penyakit bawaan.
“(Hasil visum) janggal, karena dia ini punya penyakit bawaan. Ya mungkin penyakit bawaan itu yang menjadi alasan, dia punya hernia. Yang saya tahu hernia kalau dia lagi stres suka bengkak,” katanya.
Sementara itu, kuasa hukum BIB, Eka Sumanjaya memberikan keterangan berbeda. BIB punya versi sendiri soal KDRT tersebut.
Eka menjelaskan bahwa kliennya melaporkan PIB atas dugaan KDRT pada 9 Maret 2023. Ia mengaku tidak mengetahui apabila PB telah lebih dahulu melaporkan suaminya itu ke polisi.
“Kami tidak mengetahui jika memang sang istri melaporkan terlebih dahulu, karena klien kami sudah lost kontak sejak malam kejadian. Kami baru mengetahui setelah di polres bahwa ada laporan terlebih dahulu yang dilakukan oleh PB terhadap suaminya.
Eka mengungkap pemicu KDRT versi suami. Menurut Eka, KDRT itu berawal ketika kliennya itu menanyakan uang yang dikelola istrinya untuk renovasi villa.
“Kebetulan klien kami saat itu sedang ada renovasi rumah yang memang mempercayakan kepada istrinya untuk mengelola. Setelah proses, renovasi vila/rumah ada selisih uang sekitar Rp 62 juta dari total Rp 150 juta yang diberikan,” katanya.
BIB kemudian mempertanyakan soal uang tersebut hingga kemudian keduanya bertengkar.
Berbeda dengan pihak istri, Eka mengklaim PB mengalami hernia setelah terjadi kekerasan oleh istri. Hal itu membuat si suami tidak bisa beraktivitas.
“(Alami hernia) sesudah pergumulan. Jadi menurut dokter, kita juga kan punya dokter pribadi dan dalam database rumah sakit memang tidak ada gejala hernia, (tetapi) muncul gejala hernia itu setelah adanya pergumulan,” katanya. (Red)
