Home Uncategorized Didi Sungkono.S.H., M.H., ” Oknum Pejabat yang bermental bejat, PENEGAK HUKUM yang...

Didi Sungkono.S.H., M.H., ” Oknum Pejabat yang bermental bejat, PENEGAK HUKUM yang KRIMINALISASI HUKUM terhadap Masyarakat, HARUS di lawan

15
0
Didi Sungkono, SH, MH dari Lembaga Hukum Rastra Justitia sebagai kuasa hukum M. Iqbal mengatakan, segera akan kita laporkan ke PROPAM Polda Jatim, bagaimanapun juga apa yang sudah di lakukan oleh oknum Polisi berpangkat Bribda yang memperjual belikan mobil " Bodong " itu bisa di pidanakan dan ini sudah jelas ada bukti transfernya ke rekening oknum Polisi yang mengaku driver Wakasat Reskrim Polrestabes Surabaya, Komisaris Polisi Teguh, SH, MH ( saat ini sudah di mutasi ke Polda Jawa Timur )
Didi Sungkono, SH, MH Advokat LBH RASTRA JUSTITIA

Kediri – Berita Patroli

Siapa yang tidak kenal dengan Kepala Kejaksaan Kediri Kabupaten, bergelar, Sarjana Ekonomi, Sarjana Hukum dan Magister Hukum, Jabatannya pun sangat ” mentereng ” Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Kediri, wilayah Jawa Timur, sebagai seorang pemimpin harus ” amanah berlandaskan ” KEJUJURAN ” seorang pemimpin harus punya sifat welas asih, kasih sayang, memamu Hayuning Bawana ” bukan mengedepankan arogansi kekuasaan, sopo Siro sopo ingsun, ( kamu siapa saya siapa ),” Ujar Didi Sungkono Kandidat Doktor ilmu Hukum ini

Viral di berbagai media massa baik online, cetak, sosmed, FB, terkait kelakukan sang oknum pejabat, yang garang “menenteng” mengancam, menembak dua anggota LSM (lembaga swadaya masyarakat) GERAK (Gerakan Rakyat Anti Korupsi) karena apa? hanya karena di ikuti, saat dirinya dan keluarganya memakai mobil dinas sekira jam 20.30 malam, kejadian sekitar tanggal 24 Desember 2024, harusnya sebagai seorang Pejabat yang digaji oleh negara, berasal dari uang rakyat, dibayar dari pajak pajak rakyat, lebih humanis terhadap rakyat, LSM bertanya wajar, karena bagian dari masyarakat, LSM konfirmasi lumrah, karena merasa ikut memiliki, ikut membeli, mobil, fasilitas dan semua yang dibeli berdasarkan DIPA APBN, ini negara hukum, bukan negara BARBAR, Ujarnya

walaupun diketuk kaca mobilnya, kan bisa dibuka dan dijawab secara ” HUMANIS” bukan malah ” Arogansi kekuasaan nya yang keluar, ini bagaikan gunung Es, beberapa waktu lalu terungkap juga Pejabat Kejaksaan Kota Kediri diduga hadiri pesta ULTAH WIL (wanita idaman lain) yang berprofesi sebagai LC, namun sampai sekarang tidak ada tindakan apapun, kemana Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur yang katanya tegas? yang katanya pro masyarakat dan rakyat?? ini yang perlu digaris bawahi secara tebal.” Tambahnya

Restorative Justice yang mana ada aturan hukum, tidak dijalankan, buat apa Adah rumah RJ di kejaksaan? ada istilah ” kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman, namun ketidak jujuran sangat sulit diperbaiki, mau jadi apa negara ini? rakyat punya kuasa penuh, masyarakat jangan di kadalin dengan yang namanya lips service, ingat, wahai bapak bapak pejabat, hukum tertinggi ditangan rakyat, kedaulatan ditangan rakyat, KUHAP jangan kalian artikan Kasih Uang Habis Perkara atau Kalian artikan Kurang Uang Harus Penjara.

ada UUD 1945 dan falsafah Pancasila rakyat adalah kekuasaan tertinggi dalam negara, ada Pasal 1 ayat 2 ada sila ke 4 Pancasila.

apakah ini adil? apakah ini sebuah kepuasan untuk menahan “orang ” karena menjabat sebagai seorang KAJARI, yang punya power (kekuatan) Link (jaringan) baik luring atau daring, tinggal angkat telp Kapolres, Kasatreskrim, akibatnya bisa diprediksi seperti sekarang ini, perkara remeh temeh, perkara ecek ecek, dipaksakan masuk ke Persidangan, ditahan penyidik kepolisian di ACC oleh KASIPIDUM Kejaksaan Kota Kediri, ini pola seperti jaman penjajahan, jaman VOC, yang mana ” rakyat, masyarakat yang kritis adalah enemy (musuh) bagi sang pejabat.

harusnya masalah seperti ini tidak sampai dipersidangan, saat di Polresta Kediri bisa diselesaikan secara baik, itulah fungsi kepemimpinan, harus ingat, kedua masyarakat yang kalian masukkan hotel prodeo bukan enemy kalian, mereka berdua hanya sekedar bertanya, merekam dengan HP, dia sebagai seorang KAJARI, dengan pongah dan berjalan gagah, mengancam, meletuskan SENPI, seolah olah negara ini BARBAR, apakah patut? apakah ber etika ? apakah beradab?

Biarlah masyarakat yang menilai, kalau memang benar, dirampok, diancam dengan SAJAM, pentungan, dalam keadaan terdesak yang mengancam nyawa, sangat dibenarkan menggunakan cara terakhir karena SENPI adalah alat pertahanan, resiko sebagai penegak hukum, melindungi diri dan keluarga sebagai alat negara. tapi ini hanya karena ditanya, dikonfirmasi, hanya karena diketuk kaca mobil. (Nyoto/Arinta/Basori/Hari K)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here