Uncategorized
Keberatan Adanya Pungutan Liar Bermodus Sumbangan, Ribuan Siswa SMKN 1 Boyolangu Tulungagung Lakukan Aksi Unjukrasa
TULUNGAGUNG,BERITA PATROLI
Selama ini banyak sekali aduan dari wali murid terkait modus pungutan liar yang dilakukan sekolah, mulai dari dalih untuk mengganti seragam, membayar uang gedung, buku dan bermacam dalih lainnya. Hingga pelampiran surat yang wajib ditanda tangani wali murid tentang kesediaan orang tua berdasarkan kesepakatan dengan komite sekolah yang ada di SMKN maupun SMAN yang ada di Kabupaten Tulungagung.Dengan adanya surat tersebut kepala sekolah menganggap sebagai surat sakti untuk melegalkan praktik pungutan liar kepada wali murid.
Seperti halnya yang telah di lakukan SMKN 1 Boyolangu Tulungagung, pada hari Sabtu, (3/9/22) pukul 12.00 Wib mengadakan rapat wali murid bersama komite Sosialisasi progam sekolah bertujuan untuk menyampaikan terkait tarikan sumbangan kepada wali murid kelas X, kelas XI dan kelas XII.
Pada rapat tersebut, disampaikan oleh Arik Eko Lestari ( Kepala Sekolah) untuk besaran sumbangan yang harus dibayar tiap tingkatan tidak sama. Bahwa untuk kelas X sebesar Rp 2.735.000, kelas XI Rp 1.240.000 dan kelas XII sebesar Rp 1.645.000.
Arik juga mengatakan tentang perbedaan antara sumbangan dan bantuan,” kalau bantuan adalah dari pemerintah kepada lembaga sekolah, sedangkan sumbangan adalah dari wali murid,” kata Kepala Sekolah yang menjelang masa pensiun ini.
Padahal dalam Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 Pasal 12 huruf (a) menyebut, Komite Sekolah, baik perseorangan maupun kolektif dilarang menjual buku pelajaran, bahan ajar, perlengkapan bahan ajar, pakaian seragam ,bahan pakaian seragam di sekolah dan lain – lain.
Dalam Permendikbud Nomor 75 Tahun 2015 tentang Komite Sekolah yang ditetapkan dan diundangkan pada 30 Desember 2016 juga disebutkan dengan sangat jelas. Bahwa pihak sekolah sama sekali tidak boleh melakukan pungutan pada murid dan wali murid, hal itu sebagaimana diatur dalam Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12. Akan tetapi masih saja banyak lembaga sekolah yang melanggar dengan melakukan pungutan liar kepada murid dan wali murid demi memperkaya diri.
Sementara itu ada beberapa wali murid SMKN 1 Boyolangu yang tidak mau disebutkan namanya, menyampaikan harus membayar uang gedung sebesar 1,5 juta rupiah pada tahun 2020 pada saat anaknya baru masuk di SMKN 1 Boyolangu dengan alasan mau di buat tempat parkir bawah tanah ( basement ), akan tetapi sampai saat ini belum ada realisasi ataupun keterangan anggaran tersebut di gunakan untuk apa.
“Kenapa sumbangan kok diberi nominal? Sekolah negeri kok seperti swasta,” ujar salah satu siswi kelas XII
Dikarenakan sudah beberapa kali ditarik sumbangan tanpa ada kejelasan dan peruntukannya dengan alasan kasihan kepada orang tua mereka yang selalu disuruh membayar, pada akhirnya ribuan siswa – siswi tersebut melakukan unjukrasa di halaman dalam sekolah, pada Senin pagi (5/9/2022).
Para siswa ini protes kepada pihak sekolah yang mematok besaran iuran. Dalam aksi tersebut siswa – siswi juga membawa pamflet yang bertuliskan diantaranya adalah, PPP INFONE PARKIRAN 2 LANTAI, SUMBANGAN OR SANTUNAN dan SUMBANGAN ELIT FASILITAS SULIT.
Aksi berjalan dengan riuh namun tertib dengan pengawasan dan penjagaan personel Polsek Boyolangu. Namun upaya guru maupun polisi untuk membujuk para siswa tidak membuahkan hasil. Sebanyak 2400 siswa menolak kembali ke kelas sebelum ada jawaban dari pihak sekolah terkait sumbangan sekolah yang memberatkan.

upaya guru maupun polisi untuk membujuk para siswa
Ada tiga tuntutan dari siswa-siswi yang disampaikan pada audensi dengan perwakilan masing-masing jurusan yaitu,
1.Tidak diimbangi dengan pembangunan fasilitas di sekolah.
2. Sekolah harus membatalkan hasil rapat wali murid, dikarenakan siswa kurang puas karena selalu dimintai sumbangan.
3. Sekolah harus segera menggelar rapat wali murid lagi.
Sementara itu Arik Eko Lestari ( Kepala Sekolah ) pada saat menemui ribuan pengunjukrasa langsung mencela mereka dengan mengatakan,” pantaskah anak-anak sekolah melakukan demo,” kata Arik. Dan yang menggelikan langsung dijawab oleh mereka,” pantas, pantas, pantas, pantas,” kata ribuan siswa berulang-ulang. Bahkan diantara mereka ada yang nyeletuk,” hai pungli, hai pungli, hai pungli,” celetuk mereka berulang-ulang.
” Sungguh peristiwa yang sangat memalukan terjadi dilingkup dunia pendidikan Tulungagung. Kami harap yang berwenang segera menindak tegas kepala sekolah yang telah melakukan pungutan liar sehingga di demo oleh muridnya sendiri,” ujar wali murid yang enggan disebut namanya. ( hka/ndre)
