BREAKING NEWS
Seorang Pria Dikejutkan dengan Bahan Baku Pupuk yang Dijualnya Ternyata dari Bom Ikan

Slamet Yulianto dan Fradan saat bersaksi dalam sidang di Ruang garuda PN Surabaya
Surabaya – Berita Patroli – Slamet Yulianto tak menyangka bakal diperiksa polisi usai menjual Potassium Chlorate. Sebab, ia menjual barang tersebut sebagai pupuk untuk tumbuh kembang tanaman buah Kelengkeng.
Saat itu barang dagangannya dibeli Abdul Hamid dan Lukman Arifin. Keduanya mengaku Potassium Chlorate itu hendak digunakan untuk membersihkan kolam udang.
Alih-alih untuk membersihkan kolam, rupanya Potassium Chlorate itu digunakan sebagai campuran bahan peledak. Alhasil keduanya dibekuk Baharkam Mabes Polri dan diamankan di Ditpolairud Polda Jatim.
Kasus ini bermula pada Senin (11/6/2023). Saat itu, petugas dari Ditpolair Korpolairud Baharkam Polri mendapat informasi tentang terkait adanya pemasok bahan peledak di wilayah Sulawesi dan dipergunakan untuk bom ikan. Saat didalami, diketahui ada pengiriman yang dilakukan dari Jawa Timur.
Rabu (14/6/2023) malam, polisi melakukan mencurigai sebuah rumah yang berada di Karang Tembok Surabaya. Polisi menduga lokasi itu menjadi penyimpanan bahan peledak yang dikirim menuju Sulawesi.
Saat dilakukan pemeriksaan, polisi menemukan 2 karung masing-masing berisi 25 kilogram Potassium Chlorate milik Abdul Hamid yang disimpan di lantai 2 rekannya, Moch. Anam Firdaus. Ketika dikroscek, Abdul menjualnya lagi ke Sulawesi untuk dijadikan bahan peledak ikan.
Dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Rakhmat Hari Basuki mengatakan semua barang tersebut didapat Abdul melalui Lukman Arifin. Sementara Lukman mengaku mendapatkan barang tersebut dari distributor yang berada di wilayah Sidoarjo atau dibeli dari CV Pratama Agro milik Slamet Yulianto melalui aplikasi shopee.
“Terdakwa Lukman Arifin mengaku mendapatkan barang tersebut dari distributor yang berada di wilayah Sidoarjo atau dibeli dari CV Pratama Agro milik Slamet Yulianto melalui aplikasi shopee dengan pembayarannya dilakukan dengan cara COD,” kata Basuki dalam surat dakwaannya.
Dalam sidang, Fradan Dwi, keponakan dari Slamet membenarkan hal itu. Menurutnya, pembelian dilakukan beberapa kali dan dilakukan pembayaran secara tunai di kawasan Waru, Sidoarjo.
“Benar, saya sempat COD dengan terdakwa pada 12 Juni 2023, awalnya beli 1 sak seharga Rp 1,25 juta, lalu besok dan lusanya beli lagi (3 kali pembelian). Terdakwa bilang ke saya kalau pupuk Kelengkeng itu untuk pembersihan tambak udang di daerah Madura sana dan tidak bilang akan dikirim ke Sulawesi,” ujar Fradan saat sidang di Ruang Garuda PN Surabaya, Rabu (6/9/2023).
Sementara itu, Slamet Yulianto mengamini pernyataan Fradan. Ia mengaku syok lantaran baru mengetahui bila barang yang seharusnya untuk pupuk kelengkeng agar berbuah segar dan manis itu justru digunakan sebagai campuran bahan peledak.
“Setelah saya pelajari saya baru paham itu bahan B2 (berbahaya), sekarang setiap penjualan saya kasih surat pernyataan untuk dilarang disalahgunakan. Karena setahu saya, kalau dikasih pupuk mpk dan mkp tidak mengembang yang mulia, kalau disimpan juga ada gudang khusus, kalau kena panas seperti karbit, tidak meledak sih,” tuturnya.
Sedangkan, kedua terdakwa tak menampik kesaksian Fradan dan Slamet. Menurutnya, keduanya mengetahui bila posstasium chlorate adalah termasuk dalam katagori bahan peledak jenis oksidator. Artinya, bila sudah bercampur dengan salah satu bahan reduktor seperti gula, arang, aluminium powder, dan belerang sifatnya akan berubah menjadi bahan peledak dan akan terpicu bila diberi aksi panas, benturan, gesekan, tekanan dan percikan api.
Sehingga, akan menghasilkan ledakan dahsyat dan dapat menjadi peledak yang berbahaya. Terlebih, potassium cholarate merupakan bahan utama untuk membuat bahan peledak rendah yang sifatnya adalah meledak dan mengakibatkan ikan di dalam laut mati, namun dapat merusak ekosistem laut.
Akibat ulahnya itu, keduanya pidana dalam Pasal 1 ayat (1) 1 UU Darurat Nomor 12 tahun 1951 tentang sajam, senpi, dan bahan bahan peledak juncto pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
(Red)
