Berita Nasional
Diskusi Damai Berujung Tegang, Polisi Intimidasi Peringatan Hari Anti-Kekerasan

Puluhan anggota kepolisian, mengepung acara peringatan Hari Anti-Kekerasan Internasional yang digelar di Santrendelik, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang
Berita Patroli – Semarang
Ruang diskusi yang semestinya menjadi tempat refleksi dan penyembuhan atas kekerasan justru berubah jadi medan intimidasi. Puluhan anggota kepolisian, baik berseragam maupun berpakaian sipil, mengepung acara peringatan Hari Anti-Kekerasan Internasional yang digelar di Santrendelik, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Selasa, 1 Juli 2025.
Sedikitnya lima mobil dan sejumlah motor dinas polisi terparkir mengitari lokasi acara. Polisi tersebar di berbagai titik akses masuk. Mereka tak datang sebagai tamu undangan, tetapi menghadirkan diri sebagai penjaga, pengintai, bahkan interogator. Beberapa panitia dari kalangan jurnalis dan masyarakat sipil turut diinterogasi, membuat atmosfer diskusi yang awalnya damai berubah mencekam.
“Ini forum sah, dilindungi konstitusi. Apakah polisi lupa bahwa warga punya hak untuk berkumpul dan menyuarakan pendapat?” tegas Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang, Rabu, 2 Juli 2025.
Padahal forum ini diniatkan sebagai ruang aman untuk mendengar langsung suara para korban dan keluarga korban kekerasan negara. Tiga keluarga hadir membagikan kisah luka yang belum juga sembuh:
Keluarga Darso, warga Mijen yang meninggal usai dijemput polisi dari Yogyakarta. Hingga kini, penyebab kematiannya belum terang meski proses persidangan masih berjalan.
Yunantyo Adi, kuasa hukum keluarga almarhum Iwan Budi, ASN yang ditemukan tewas terbakar di Pantai Marina setelah sempat menghilang sehari sebelum dimintai keterangan dalam perkara korupsi.
Keluarga Gamma Rizkynata, pemuda yang ditembak mati oleh anggota Satresnarkoba Polrestabes Semarang. Meski pelaku telah disidangkan, status keanggotaan polisi tersebut belum dicabut.
Kehadiran aparat justru menambah panjang daftar luka. Bukannya menunjukkan empati, polisi datang seolah ingin menunjukkan kuasa, mengintimidasi forum yang sedang mengurai trauma.
Sejumlah organisasi masyarakat sipil mengecam tindakan aparat. Mereka menyebut kehadiran polisi sebagai bentuk kegagalan institusi dalam memahami tanggung jawab moral terhadap korban. Terlebih, aksi ini terjadi di tengah peringatan Hari Bhayangkara, yang seharusnya jadi momen refleksi institusional.
“Alih-alih minta maaf atau membenahi diri, polisi malah datang dengan gaya lama: represif dan menakutkan,” ujar salah satu aktivis yang hadir dalam diskusi.
Forum yang mestinya menjadi tempat belajar dari kekelaman masa lalu, kembali diliputi bayang-bayang kekuasaan. Sementara luka-luka warga belum juga mendapatkan keadilan, aparat justru menambah trauma baru. (Red)

You must be logged in to post a comment Login