Connect with us

Berita Patroli

Berita Nasional

Direktur Rumah Sakit Islam Surabaya Akui Anak Buah Lalai Jalankan Tugas ,dan akan Bertindak Tegas

Berita PATROLI Surabaya – Direktur Rumah Sakit Islam Surabaya Dokter Bangun SPOG saat dikonfirmasi wartawan terkait penelantaran Pasien korban kecelakaaan lalulintas yang terjadi pada hari jumat pekan lalu, hal ini dialami oleh Muhajir warga asal Kabupaten Bojonegoro,” Saya ini masuk ke IGD sejak jam 11 malam, sampai pukul 3 .00 pagi tidak ditangani alasannya karena tidak ada uang dan tidak ada identitas, memang benar tidak ada identitas, karena KTP dan Dompet hilang disaat kejadian,tapi kan ada teman saya yang anterkan, lha kok teman saya tidak boleh untuk bertanggungjawab,” Yang boleh menjadi penanggungjawab adalah keluarga, dan harus ada uang didepan baru bisa ditangani dan baru bisa mendapatkan layanan medis, berulang kali saya memohon tolong saya ditangani pak, saya kesakitan punggung saya berdara darah, tangan dan kaki juga, tetap tidak dihiraukan karena tidak ada uang yaa tidak akan ditangani,” Kata Muhajir menyampaikan kepada wartawan berita PATROLI, sesaat setelah ada saudara jauh saya yang menyerahkan KTP dan bersedia menanggung biaya didepan, barulah saya ditangani, yaitu diSWEB PCR dulu seharga 1juta, bayar didepan, ke esokan pagi nya saya juga tidak diobati luka luka saya, malah dibiarkan, dan diharuskan bayar lagi 2 juta untuk DP uang kamar selama 10 hari kedepan, lantas dalam sehari,sekira hari sabtu lalu, darah saya diambil berturut turut selama 3x, bukan luka2 saya yang diobati malah darah saya yang diambil untuk keperluan test darah,” Ujar Muhajir bercerita sambil menahan sakit.

Lebih jauh Muhajir menyampaikan,” Lebih celaka lagi saat sabtu malam,tiba tiba saya dibanguni oleh perawatnya disuruh minum obat, setelah saya minum badan terasa gemetar,pusing dan hilang kesadaran, seakan mau pingsan,badan lemas, tidak bertenaga, saya baca bungkus obatnya, lha kok keliru, ini obat untuk penyakit gula, yang harusnya diminumkan ke pasien sebelah tempat tidur saya,ketika saya komplain ke perawatnya,dia hanya bilang, loh iyaa tah pak, maaf kalau begitu yaa,” Hanya itu kalimat yang muncul dari mulut perawat tersebut.

Direktur Rumah Sakit Islam Jemursari Kota Surabaya,Dokter Bangun SPOG saat dikonfirmasi wartawan diruangannya menyampaikan,”Terima kasih atas semua masukannya ini akan menjadi koreksi kami untuk kedepannya,pelayanan akan kami utamakan tidak memandang siapa yang datang,Siap salah, intinya akan kami jadikan bahan evaluasi kedepannya, karena RSI ini membawa nama baik institusi Organisasi Terbesar di Indonesia,yang mana pelayanan kepada Pasien harus kita utamakan secara baek dan benar,terima kasih atas masukan dari teman teman Media ( Arinta/Humbass/Andrijanto)

Perlu masyarakat ketahui kelakuan oknum oknum perawat atau Nakes RSI ( Rumah Sakit Islam ) Yang berlokasi di Jl Raya Jemur sari Surabaya ini patut dipertanyakan ke Profesionalannya, bagaimana tidak, masyarakat yang ingin sembuh masuk rumah sakit, malah diperlakukan secara tidak manusiawi, harusnya ini menjadi koreksi yang serius bagi jajaran direksi Rumah sakit Islam Jemur sari surabaya, saat wartawan berita PATROLI konfirmasi kepada Direktur RSI Jemursari Surabaya, Dokter Bangun SPOG,” Kita berterima kasih atas semua masukannya,memang kami akui ada kelalaian yang tidak sesuai prosedur, kedepan akan kami perbaiki, tidak boleh ini menelantarkan pasien, kalau masalah Test PCR yang 1 juta, itu memang benar, karena alatnya memang mahal, sekitar 950ribu, jadi itulah yang membuat mahal, saat ditanya ada Permenkes no HK.02.02/I/2845/2021 yang tertera biaya maks 500ribu, Direktur rumah sakit islam jemursari surabaya hanya mengatakan,” Siap salah, kedepan akan kami jadikan evaluasi untuk menjadi lebih baik lagi, saya ini hanya ingin mengabdi secara baik kepada masyarakat, karena sebelum disini,sudah menjadi direktur RSUD Dokter Soetomo Surabaya,Direktur RS Soedono Kab Madiun, purna akhirnya ditarik oleh Prof Nuh ( mantan menteri) untuk membenahi RSI Jemursari Surabaya ini,sudah berulang kali kita tegaskan,layani masyarakat secara baik,tanpa melihat asalnya,terima kasih atas segala masukannya,kita akan evaluasi dan segera lakukan pembenahan pembenahan,” Ujarnya.

Pasien lakalantas yang merasa ditelantarkan oleh pihak NAKES, yang berdinas diRumah Sakit Islam Jemursari, Kota Surabaya, Pasien Bernama Muhajir (35thn) asal Kab Bojonegoro, disuruh bayar dulu 1 juta untuk SWEB,padahal sudah diterangkan sudah vaksin 2x, bahkan sebelum ada uang untuk bayar didepan ,tidak akan pernah ditangani,Muhajir juga menyampaikan,dikasih obat yang keliru oleh perawat ,yang mana obat tersebut sebenarnya untuk pasien yang disebelahnya,saya benar2 sangat kecewa dengan pelayanan Rumah sakit islam Jemursari,selalu uang dan uang kalau tidak ada uang didepan tidak akan pernah ditangani secara medisnya,” Urai Muhajir sambil menahan sakit

Lebih lanjut Direktur RSI Jemursari menambahkan,” Justru ini suatu masukan yang baik untuk kami jadikan koreksi,kita kan sudah ada arahan dari pak Walikota, bilamana ada warga kota Surabaya, berKTP surabaya, sakit atau berobat hanya cukup menunjukkan KTP saja, semua akan dicukupi oleh pemerintah kota Surabaya, dan ini sudah berlaku,” Urainya.

Rumah sakit Jemursari yang berasaskan islami dan selalu memutar lagu lagu rohani,tapi fakta dan realita nya dalam memberikan pelayanan sangat sangat tidak manusiawi,penelantaran,tidak ditangani jawaban yang ketus,jawaban yang tidak sopan,melihat siapa yang datang,melihat siapa yang butuh pelayanan medis,hal ini banyak dialami oleh korban yang harus mendapatkan pelayanan medis secara tepat dan cepat,test PCR juga 1 juta,diharuskan bayar didepan,padahal sudah vaksin 2x, padahal sudah jelas ada aturan pemerintah ditahun 2021, tarif termahal Test PCR adalah 500ribu,dan yang terbaru arahan dari Presiden Jokowi Test PCR sekitar 300Ribu, lantas, Nuraninya dimana? Kejujurannya dimana???

Ketika wartawan berita PATROLI menyampaikan bahwa korban laka yang jari kakinya diamputasi dan harus ditangani secara cepat dimeja operasi adalah warga ber KTP Kota Surabaya atas nama Prasetyo, dan tetap diminta DP sebesar 10juta atau sebesar 50% sebelum tindakan operasi dilakukan, Dokter bangun mengatakan,” Semua sudah kita kumpulkan dan membantah meminta DP 50%, saat ditunjukkan bukti bukti transfer dan bukti WA, barulah direktur RSI mengatakan,” Akan kita tindak tegas,oknum oknum tersebut biar tidak bikin malu rumah sakit ini,” Tutupnya.

Secara terpisah diwaktu lain wartawan berita PATROLI meminta tanggapan dari pengamat hukum asal Surabaya terkait penelantaran Pasien di Rumah sakit Islam Jemursari Surabaya, kepada wartawan Didi menguraikan,” Itu ada pidananya, Direktur Rumahsakitnya bisa dipidanakan, laporkan polisi saja, semua diatur dalam UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 32 Ayat 1 dan 2, dan juga didalam UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan terang dan jelas diPasal 190 Pasal 1 Pimpinan Faskes atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik dan pada fasilitas pelayanan kesehatan dengan sengaja, tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien UGD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 Ayat 2 dan atau pasal 85 ayat 2 , pidana penjara selama 2 tahun ,” ini sebuah ironi dsn tragis, yang mana Rumah sakit islam jemursari Surabaya, yang selalu memutar lagu lagu rohani, keagamaan, menelantarkan pasien yang harus segera mendapatkan penanganan, apalagi salah dalam memberikan obat, ini tidak bisa dibiarkan, karena berakibat sangat fatal, selalu berlindung dibalik nama agama, organisasi massa terbesar di indonesia, tapi pelayanan RSI jemursari seperti tidak memanusiakan manusia, ini jelas jelas pidana, melanggar UU No 39 Tahun 1999 Tentang HAM, dan juga ini melanggar UU No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah sakit,” Ujar Didi Sungkono.S.H.,M.H., yang juga kandidat Doktor Ilmu Hukum ini

Continue Reading
You may also like...
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

More in Berita Nasional

To Top