JATIM
Modus Kasus Perdagangan Orang di Ponorogo

pers-konferensi-kasus-tindak-pidana-perdagangan-orang
PONOROGO, Berita Patroli – Ika Faramita (29) merupakan tersangka tunggal dalam kasus tindak pidana perdagangan orang di Kabupaten Ponorogo. Modus yang digunakan tersangka yang hamil 8 bulan itu, dengan mengaku sebagai pengantar calon pekerja migran Indonesia (PMI).
Untuk menyakinkan korbannya, tersangka bilang bahwa dirinya bekerja di perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia (P3MI) bernama Bina Muda Cendekia. Perusahaan itu beralamat di Kabupaten Bangkalan Madura. Di mana perusahaan itu bisa memberangkatkan calon PMI ke Australia.
“Perusahaan itu tidak ada, tersangkalah yang mengarang untuk meyakinkan calon korbannya,” kata Kapolres Ponorogo AKBP Wimboko, ditulis Jumat (23/06/2023).
Sedikitnya sudah ada 2 korban dari tersangka Ika Faramita ini yang sudah melaporkan ke Mapolres Ponorogo. Yakni korban Suprayitno dan Sumarno. Keduanya pun sudah menyetorkan uang dengan total mencapai Rp 209 juta kepada tersangka untuk menguruskan bekerja ke Australia.
Kedua korban itu diiming-imingi bekerja sebagai operator pengolahan limbah dan bekerja di perkebunan, dengan gaji masing-masing yang akan diterima sebesar Rp 30 juta setiap bulannya.
“Awalnya ditawari dengan gaji besar dan aman. Namun setelah ditunggu-tunggu tidak jadi berangkat. Tersangka pintar bicara, untuk meyakinkan,” kata Suprayitno, salah satu korban.
Berbagai peran dilakukan oleh tersangka yang ternyata seorang biduan dangdut itu. Hal itu dilakukan untuk memuluskan rencananya untuk menipu para korbannya. Di P3MI Bina Muda Cendekia itu dirinya mengaku jadi admin. Kemudian mengenalkan korban secara daring dengan bosnya yang bernama Indiyati yang berdomisili di Bangkalan Madura.
Tidak selesai sampai disitu, penyanyi elektone itu juga merayu sebagai bos perusahaan di Australia. Dengan chat korban lewat aplikasi Line menggunakan bahasa Inggris, supaya lebih meyakinkan. Padahal chat berbahasa Inggris itu, Ia dapat dari terjemahan dari fitur Google Translate.
“Dia juga berperan sebagai bos perusahaan Ivanhoe Winnes dari Australia. Yang menawarkan sebagai operator pengolahan limbah dan juga sebagai bos perkebunan anggur. Padahal itu semua tidak ada alias fiktif,” ungkap Wimboko.
Tersangka Ika Faramita juga mengaku bisa mengurus segala syarat-syarat dokumen yang harus dipenuhi untuk bekerja di Australia. Mulai dari tanda pengenal sebagai pekerja di Perusahaan Ivanhoe Winnes. Pengurusan ijazah S1, pembuatan visa, kartu e-tiket pesawat dan kartu vaksin.
“Dan lagi-lagi dokumen semua itu palsu,” katanya.
Dalam kasus tindak pidana perdagangan orang itu, polisi menjerat tersangka dengan pasal 2 atau pasal 10 Undang-undang nomor 21 tahun 2017 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang atau pasal 378 KUHP.
“Ada batas minimal dan maksimalnya hukuman dalam kasus ini. Yakni pidana penjara minimal 3 tahun dan maksimal sampai 13 tahun,” tutup AKBP Wimboko
(Red)
