JATIM
2 Orang di Blitar Menjadi Korban Perdagangan Orang

2 Orang di Blitar Menjadi Korban Perdagangan Orang
BLITAR, Berita Patroli – Pelaku perdagangan orang, ES (51) dan NA (26) asal Desa Bagelenan Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar diduga telah menjual dua korban ke Singapura. Ini terungkap dari hasil penyelidikan yang dijalankan Satreskrim Polres Blitar Kota.
Dua korban tersebut diduga dipekerjakan sebagai asisten rumah tangga. Namun begitu, polisi terus mengembangkan penyelidikan atas kasus ini.
“Kami duga yang telah dikirim ke negara Singapura dua orang tapi masih kami selidiki lagi,” kata Kasatreskrim Polres Blitar Kota, AKP Galih Putra Samudra, Rabu (21/6/2023).
Sementara itu, di hadapan polisi kedua tersangka mengaku lupa telah memberangkatkan berapa orang ke luar negeri. Kedua pelaku juga mengaku lupa telah beroperasi selama berapa tahun.
“Yang bersangkutan saat kami periksa mengaku lupa, saat diperiksa telah memberangkatkan berapa dan sudah beroperasi sejak kapan,” imbuhnya.
Menurut pihak kepolisian, kedua pelaku melanggar aturan perlindungan pekerja migran yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2007. Sesuai aturan pemberangkatan tenaga migran Indonesia hanya bisa dilakukan oleh perusahaan atau lembaga.
Namun dua pelaku ini nekat mengirimkan pekerja migran secara pribadi. Hal itupun tergolong tindakan ilegal dan bertentangan dengan hukum.
Selain melanggar aturan tentang pekerja migran, kedua pelaku juga melakukan tindakan penyekapan. Dimana para korban tidak perkenankan keluar kamar hingga berminggu-minggu.
Kedua pelaku juga membatasi akses komunikasi korban atau calon pekerja dengan pihak keluarga. Para pelaku juga senantiasa memeriksa ponsel demi memastikan para korban tidak melaporkan aksi tersebut.
“Jadi yang boleh mengirimkan ke luar negeri itu harus lembaga berbadan hukum bukan pribadi,” imbuhnya.
Kedua korban yang telah dikirimkan ke Singapura tersebut pun kini berstatus pekerja migran ilegal. Polres Blitar Kota pun kini masih terus melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai kasus tersebut.
“Statusnya (pekerja migran yang telah di Singapura) ya ilegal dong,” ujarnya.
Pengungkapan ini berawal dari adanya laporan masyarakat terkait praktek perdagangan orang. Setelah itu Satreskrim Polres Blitar Kota langsung melakukan penyelidikan dan menangkap 2 orang tersangka perdagangan orang.
Dalam aksinya pelaku menjanjikan para korban untuk bekerja di Singapura dengan gaji Rp7 juta setiap bulan. Untuk lebih meyakinkan para korban tidak pungut biaya sepeserpun.
“Korban sendiri dijanjikan akan di berangkatkan ke Singapura dimana pada pelaksanaannya berbeda dengan apa yang dijanjikan,” imbuhnya.
Sebelum proses keberangkatan para korban juga diminta untuk tetap berada di rumah. Korban merasa seperti disekap karena tidak boleh keluar dari rumah.
Para korban pun hanya diberikan makan 2 kali sehari. Bila semua peraturan tersebut dilanggar maka para korban harus membayar uang denda senilai Rp5 juta.
“Selama di rumah korban merasa disekap karena setiap hari dikunci makanya dijatah dan tidak boleh keluar rumah dan saat korban hendak membatalkan pelaku kemudian meminta uang sebagai ganti rugi karena tidak jadi berangkat,” terangnya
(Red)
