BREAKING NEWS
Usai Tertunda Selama 5 Tahun, Pembangunan Jembatan desa di Trenggalek Akhirnya Terselesaikan

Dok. Istimewa
Trenggalek – Berita Patroli – Warga Trenggalek menyambut gembira pembukaan jembatan Bhinneka Tunggal Ika. Proyek senilai Rp 5,1 miliar itu sempat tertunda lima tahun.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengatakan jembatan sepanjang 45,8 meter tersebut berhasil menyambungkan ribuan warga di Desa Gondang dengan Desa Winong dan Banaran, Kecamatan Tugu.
“Jembatan ini berada di pertigaan yang menghubungkan desa, yaitu Gondang, Winong dan Banaran. Anggarannya Rp 5 miliar. Ini adalah salah satu pembangunan yang pembangunannya dibiayai oleh PT SMI,” kata M Nur Arifin, Rabu (8/11/2023).
Menurut Cak Ipin, pembangunan Jembatan Bhinneka Tunggal Ika sempat tertunda hingga lima tahun akibat gagal tender. Bahkan tahun ini lelang harus dilakukan dua kali.
“Sebetulnya jembatan ini sudah lama direncanakan, bahkan sejak bupati-bupati terdahulu. Dulu mungkin ada keterbatasan fiskal dan sebagainya. 2019 sempat dilelang namun gagal,” ujarnya.
Gagal tender tersebut salah satunya diakibatkan sulitnya mencari kontraktor yang memiliki spesifikasi sesuai dengan perencanaan. Kendala tersebut akhirnya teratasi di tahun 2023.
“Tahun ini sempat dilakukan dua kali tender, akhirnya berhasil dan Alhamdulillah selesai,” ujarnya.
Arifin menjelaskan jembatan antardesa tersebut memiliki panjang 45,8 meter dengan lebar mencapai lima meter. Konstruksi jembatan didesain tidak memiliki penyangga pada bagian tengah.
“Konstruksinya pakai sistem precast. Kami sengaja mendesain tidak ada penyangga karena untuk meminimalisir gangguan aliran sungai, apakah itu sampah atau ranting. Harapannya tidak banjir,” ujarnya.
Pihaknya berharap terbukanya akses melalui Jembatan Bhineka Tunggal Ika dapat memperlancar akses transportasi dan perekonomian warga.
Selain akses jembatan, Bupati juga meresmikan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R yang berada di utara jembatan. Proyek senilai Rp 1,8 miliar tersebut diharapkan dapat menjadi solusi persoalan sampah rumah tangga.
“TPS ini nanti akan memberdayakan ibu-ibu sekitar untuk melakukan pengolahan sampah. Jadi sampah itu akan dipilah dan diolah, untuk yang organik bisa jadi pupuk atau sarana budidaya manggot,” kata Arifin.
Pihaknya berharap keberadaan TPS tersebut juga mampu memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar.
(Red)
