Berita Nasional
Diduga Ilegal, Yahwan Pemilik Galian C di Blitar Terkesan Kebal Hukum
Berita Patroli, Blitar – Sepak terjang Yahwan di dunia galian C (pasir) wilayah Blitar sudah tidak asing lagi. Lokasi galian C yang dimilikinya diduga tidak memiliki ijin, namun disinyalir dengan kekuatan uangnya, bisa membeli sejumlah oknum keamanan untuk mengamankan lokasi galian pasirnya.
Lokasi explorasi milik Yahwan, berada di aliran sungai lahar, di utara DAM (Pleret) yang menjadi batas desa Kedawung dan Sumberasri, Kecamatan Nglegok, Blitar.
Dari beberapa keterangan warga serta pemain pasir sekitar, lokasi milik Yahwan ini paling strategis dan paling ramai aktifitas keluar masuk dump truk yang beli pasir dengan menggunakan alat berat.
Dari lokasi terbaru yang di gali ini hampir seluas lapangan sepak bola dengan pasir kualitas wahid, serta akses dekat dengan jalan desa. Dari informasi yang didapat, lokasi terbaru ini dibeli dengan harga sekitar Rp. 200 juta dari warga yang sebelumnya menjadi pengelola lahan dan termasuk milik jasa tirta.
“Pak Yahwan dulu beli lahan tersebut hampir Rp 200 juta lebih, karena lahan lama pasirnya sudah habis mas, dari lahan baru ini lumayan ramai juga aktifitas muat pasir, dan paling ramai sendiri di bandingkan lokasi penambang lain. Sehari semalam bisa mampu menjual pasir antara 15 – 20 truk,” terang Gus Budi salah satu keamanan galian setempat.
Dari hasil investigasi di lapangan, lokasi milik Yahwan ini lah yang paling besar dan paling sibuk dibandingkan lokasi galian lainnya. Dari satu alat berat lokasi ini mampu menaikan pasir ke dump truk antara 15 – 20 truk dalam sehari.
Per truk biasa nya dijual dengan harga Rp 300 ribu sampai Rp 450 ribu, dengan itu diperkirakan omset perputaran uang dalam sehari antara Rp 4 juta sampai Rp 6 juta jika dalam keadaan sepi, pada saat ramai bisa mampu meraup hingga kisaran Rp 8 juta sampai Rp.10 juta.
Di perkirakan dalam sebulan, satu lokasi galian Yahwan mampu meraup hingga diatas Rp 100 juta lebih. Saat dikonfirmasi via selulernya Yahman mengatakan, sejak ada virus corona, keadaan sepi, setiap hari kerja hanya cukup untuk buat oprasional serta tingginya atensi keamaanan sehingga tidak ada sisa.
“Walah mas atensine gede, setiap hari kerja malah minus, kalau gini terus bakale aku tutup ae, daripada kerja bakti terus,” ujarnya.
Dari beberapa alat berat milik Yahwan diduga semua menggunakan solar subsidi yang seharusnya bukan untuk peruntukannya, karena solar subsidi hanya untuk rakyat kecil dan angkutan bukan untuk kegiatan explorasi tambang ilegal.
Disinyalir, Solar subsidi di beli dari beberapa SPBU di wilayah Ponggok, Nglegok dengan menggunakan jurigen serta dari sedotan tangki dump truk. Perbuatan itu diduga melanggar UU nomer 22 tahun 2001 tentang Migas.
Selain itu, lokasi galian C milik Yahwan diduga tidak memiliki ijin tambang atau ijin explorasi. Dalam UU nomer 4 tahun 2009 tentang Minerba, dengan ancaman masing-masing 5 tahun penjara serta denda Rp 6 milyar.
AKP Lahuri kapolsek Nglegok mengatakan, “Saya sudah sering menghimbau agar galian timur Pleret di tutup dari aktifitasnya, namun mereka bandel dan tetap buka kembali. Yang jelas kami tetap berharap agar mereka taat hukum.”
Hingga berita ini di naikan, Yahwan tetap melakukan expolrasi menggali pasir hitam diduga secara ilegal. @had/roy.
