BREAKING NEWS
Didi Sungkono.,S.H.,M.H., Oknum Pendeta Bermental Bejat, ADVOKAT, Pengacara, Pelaku KDRT sudah “Meringkuk” di Hotel PRODEO

Didi Sungkono.S.H.,M.H.,Pengamat hukum asal Surabaya kepada wartawan menerangkan,” Langkah unit PPA Polrestabes Surabaya sudah sangat tepat,segera tangkap dan menetapkan sebagai TERSANGKA serta MENAHAN TERLAPOR karena kalau dibiarkan akan berdampak tidak baik bagi penegakkan hukum, apalagi PELAKU adalah bagian dari Penegak hukum juga ( Advokat ) kalau tidak segera ditahan akan dikuatirkan melarikan diri,dan bisa juga mengancam PELAPOR, masyarakat sekarang sudah cerdas ,bagaimana bisa memberikan pengayoman hukum kepada masyarakat, kalau kelakuan terhadap keluarga terdekatnya saja berlaku AROGAN dan sadis, walaupun semua masih TERDUGA, tapi secara tersirat dan tersurat, memang ” Moses ” yang melakukan KDRT,” Ujar Pengamat Hukum asal Surabaya
SURABAYA – Berita Patroli
Siapa yang tidak mengenal Doktor Ilmu Hukum MOSES alias Heriyanto Udjari yang berprofesi sebagai Advokat (Penegak hukum) Dosen (Guru, Pengajar) dan juga PENDETA (tokoh agama) namun kelakuan sang oknum tidak ubahnya bagaikan “iblis” berbaju malaikat.
Bagaimana tidak, dengan sadis, kejam, anak istrinya dipukuli, ditendang, dijambak, bahkan dikepruk pakai pipa besi ditangan, badan.
Mungkin sang Doktor ilmu hukum ini lupa, atau bahkan perlu dipertanyakan kedalaman ilmu nya. Hingga tega (sadis) melakukan Pemukulan (penyiksaan) kepada sang istri dan anak perempuannya.
“Moses Udjari” adalah sebuah legenda, yang mana diusia nya tidak muda lagi. 63 tahun harusnya bersikap santun, sopan, baik terhadap sesama dan orang terdekatnya. Namun seakan lupa, sang pemuka agama dengan sadis, kejam memukul tanpa ampun.
Polrestabes Surabaya melalui unit PPA bersikap tegas, terukur, Profesional dan Proporsional. Kini sang Doktor ilmu Hukum alumnus Universitas Ternama diKota Surabaya ini harus mempertanggungjawabkan di depan hukum.
Didi Sungkono, S.H., M.H., pengamat hukum asal Surabaya mengatakan bahwa semua orang sama di mata hukum dan pihak Kepolisian harus bertindak cepat menetapkan dan menahan tersangka kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) karena sudah ada alat bukti rekaman video kejadian KDRT.
Hal itu disampaikan Didi Sungkono kepada media ketika diminta pendapatnya terkait pelaporan terhadap Dr. Hendriyanto Udajari, S H., M.H., alias Moses Hendry yang dilakukan istrinya bernama Sherly di Polrestabes Surabaya.
Bukan hanya KDRT yang dikomentari Didi Sungkono, namun perbuatan Moses yang sering telanjang dihadapan anak perempuannya yang berumur 20 tahun.
Menurut Didi, hal itu sangat tidak boleh, karena itu menyangkut adab, karena adab itu lebih tinggi daripada ilmu.
“Ada etika dan akhlak, adab diatas penguasaan ilmu pengetahuan, adab itu mencerminkan kedalaman Budi pekerti seseorang. Adab juga mencerminkan kesopanan dalam berinteraksi dengan orang lain, menekankan nilai-nilai kemanusiaan seperti empati, penghargaan, dan kesopanan dalam kehidupan sehari hari,apalagi seorang tokoh agama,dosen dan advokat,” ujar Didi Sungkono. Senin (1/9/2024) siang.
“Seorang pengajar (guru), Advokat (penegak hukum) harus bernurani, beradab, hingga bisa berlaku bijaksana dalam meng aplikasikan pengetahuan dan disiplin ilmunya. Kalau benar itu terjadi dan dilakukan oleh seorang pemuka agama, yang salah bukan agamanya tapi perilaku ‘human” (manusia) nya,” tegas Didi Sungkono.
Didi Sungkono menerangkan tidak ada agama yang mengajarkan tidak baik kepada penganutnya, agama adalah pegangan hidup agar tahu arah, agar mengerti arah dan tujuan kehidupan, memilih dan memilah jalan kebaikan dan keburukan.
“Ini sudah tidak bisa dibenarkan secara hukum, aparat penegak hukum harus segera bergerak biar tidak berpolemik dan semakin melebar dimasyarakat,” ujar Didi Sungkono.
Kalau sudah naik ke penyidikan tentunya terlapor akan segera dipanggil secara patut menurut hukum yang berlaku, untuk penahanan tergantung kewenangan Penyidik, tapi kalau ini perkara KDRT harus nya ditahan agar kedepan tidak mengulangi perbuatannya dan melakukan intimidasi kepada pelapor , kita percayakan kepada penyidik PPA Polresta Surabaya, pasti akan profesional dan PRESISI.

Saat ini sang Advokat, Pengacara, Dosen dan juga Pemuka agama ini sudah ditetapkan sebagai TERSANGKA dan diTAHAN diunit PPA ( perlindungan perempuan anak ) Polrestabes Surabaya, Pengakuan dari istri TERSANGKA tidak pernah dinafkahi secara layak , dan rumah yang ditempati juga rumah kontrakan yang akan berakhir ditahun 2026
Perlu diketahui, Hendriyanto Udjari alias Moses Hendry (63) berprofesi sebagai pengacara berkantor di jalan Ponti Sidoarjo, dan seorang pendeta di Amazing God Church (AGC) serta seorang dosen dilaporkan oleh istrinya bernama Sherly (45).
Moses Hendry dilaporkan ke Polrestabes Surabaya pada 9 Agustus 2024, dengan dugaan pelanggaran pasal 44 UU RI nomor 23 tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Dari informasi korban saat dikonfirmasi, kejadian KDRT terjadi pada tanggal 9 Agustus 2024 sekira pukul 02.00 Wib, di rumahnya Villa West Wood Pakuwon City Surabaya, dan menurutnya kejadian KDRT bertahun-tahun dilakukan suaminya.
“Anak saya perempuan umur 20 tahun, dan anak laki umur 16 tahun, pemukulan anak perempuan saya punya bukti video. Kalau yang anak laki dipukul, tidak ada bukti video, karena dipukulnya di teras depan rumah,” ujar korban. Jumat (16/8/2024) malam.
Saat Moses Hendry di konfirmasi terkait laporan tersebut, ia menerangkan bahwa dirinya juga korban KDRT.
“Jadi ini terkait dengan perselingkuhannya. Bagaimana kehidupannya glamour, kehidupannya sudah seperti orang yang tidak mengenal adab. Dia sudah banyak melakukan hal-hal yang tidak sesuai kalau dia mengaku sebagai seorang istri,” terang Moses. Kamis (27/8/2024).
“Dia juga melakukan pemukulan, bahkan jauh sebelum ini. Bisa dilihat nanti ada chat WA dengan dia. Ndak pernah saya seperti yang dituduhkan kayak gitu,” terang Moses.
Dalam perkara ini, Moses juga melaporkan istrinya ke Polrestabes Surabaya atas dugaan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan penyebaran video bermuatan pornografi.
Dari informasi yang didapat media, atas pelaporan itu, Sherly di undang wawancara klarifikasi perkara oleh Penyidik Polrestabes Surabaya pada Senin (2/9/2024) mendatang.
Untuk mengetahui kebenaran informasi dan pelaporan, media melakukan konfirmasi ke Sherly pada Sabtu (31/8/2024) sore.
“Benar ada surat panggilan klarifikasi atas laporan Moses ke Polrestabes Surabaya dugaan KDRT dan penyebaran video bermuatan pornografi,” ujar Sherly sambil perlihatkan surat dari Polrestabes Surabaya.

AKBP Aris Purwanto.S.H.,SIK Kasatreskrim Polrestabes Surabaya saat memberikan keterangan PERS kepada awak media diPolrestabes Surabaya
Saat ditanya apakah melakukan KDRT terhadap suaminya dan video bermuatan pornografi apakah di unggah ke media sosial (medsos), Sherly membantah hal itu.
“Saya yang alami KDRT malah dilaporkan melakukan KDRT, video hanya saya kirim ke saudaranya Moses, pak Sholeh (kuasa hukum) dan penyidik,” ujar Sherly.
Ada yang mencengangkan dari pengakuan Sherly, terkait video bermuatan pornografi yang dilaporkan Moses ke Polrestabes Surabaya.
“Ada bukti video dimana Moses terlanjang bulat (bugil) di depan anak perempuan saya dan itu berlangsung sering kali,” sambil perlihatkan video yang dianggap media sangat menjijikan.
Menurut Sherly kejadian Moses telanjang di depan putrinya yang berusia 20 tahun bukan hanya sekali, namun berkali-kali, saat ditanya kenapa suaminya tidak ditegur, Sherly menjawab takut.
“Negur ya digaplok saya. Pokoknya kita gak boleh sama sekali negur atau bantah, bisa benjut,” kata Sherly.
Setelah pihaknya melakukan serangkaian pemeriksaan, mulai dari memeriksa korban dan dua anak korban. Lalu pemeriksaan tersebut mulai dari visum di RS Bhayangkara hingga psikologi.
Aris menambahkan, bahwa kasus ini bermula dari laporan polisi yang dibuat pada 9 Agustus 2024. Polisi kemudian bergerak cepat dengan mengumpulkan berbagai barang bukti, termasuk satu pisau dapur, dress hijau tanpa lengan, HP Samsung, perangkat CCTV, dan flashdisk yang berisi rekaman video dari kejadian tersebut. “Saat ini barang bukti dikirim ke laboratorium untuk pengujian lebih lanjut,” imbuh Aris.
Atas perbuatannya Moses dijerat dengan Pasal 44 Ayat 1 dan/atau Pasal 45 Ayat 1 juncto Pasal 64 KUHP, yang membawa ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara.
Saat ini, pihak kepolisian tengah mempersiapkan pemberkasan untuk segera dikirimkan ke kejaksaan, dan memastikan kasus ini berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku. Kasus ini terus mendapat perhatian publik, mengingat dampak psikologis yang dialami korban dan anak-anaknya.
“Rencana tindak lanjut kita akan melakukan pemberkasan dan segera mengirim berkas perkara ke kejaksaan,” tandas Aris.
( Arinta/John/Solihin/Poison/Ipan )
