Hukum dan Kriminal
2 Anggota Polisi Gadungan di Surabaya Jebak dan Peras Pria Hidung Belang

Sidang polisi gadungan di PN Surabaya
Surabaya – Berita Patroli- Terdakwa Kristian Viki, Naufal Dwi Prasetya dan Odie menjalani persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya secara online. Ketiganya merupakan komplotan pencurian dengan kekerasan dan pemerasan dengan korbannya, Ivantara Novlen.
Dalam surat dakwaannya, jaksa R Harwiadi menjelaskan kasus pencurian disertai kekerasan yang dilakukan ketiga terdakwa terjadi pada Sabtu (27/5). Saat itu mereka berbagi peran untuk menjebak Ivantara.
Dalam perannya, Kristian Viki berperan mengajak Ivantara untuk ngamar di hotel RedDoorz, Dukuh Pakis. Sedangkan Naufal dan Odie berpura-pura menjadi polisi gadungan dan menggerebek Ivantara dan Kristian.
“Terdakwa Naufal dan Odie berpura-pura sebagai anggota kepolisian dan menuju ke tempat terdakwa Kristian menginap bersama saksi korban Ivantara di Hotel Reddoor Dukuh Pakis,” kata Harwiadi saat membacakan surat dakwaan, di Ruang Tirta PN Surabaya, Selasa (10/10/2023).
Saat penggerebekan tersebut, Naufal dan Odie lalu merampas hanphone Samsung Galaxy J7 milik Ivantara. Keduanya lalu mengancam akan menangkap Ivantara atas kasus trafficking.
Ivantara yang tak berdaya itu kemudian dibawak keluar para terdakwa dan dimasukan ke dalam mobil Mobil Toyota Avanza nopol L 1083WY. Di dalam mobil tersebut, kedua terdakwa lalu memeras Ivantara Rp 15 juta sambil menodongkan pistol mainan.
Namun permintaan para terdakwa tersebut tak dipenuhi oleh Ivantara karena tak punya uang yang diminta. Ivantara lalu mencoba menelepon ibunya, namun sama juga tak punya uang yang diinginkan para pelaku.
Tak berhasil mendapat uang yang diinginkan, para terdakwa selanjutnya memaksa Ivantara untuk memberikan nomor kenalannya yang bisa memijat. Ivantara lalu memberikan nomor temannya bernama Afdul Rohman dan mengajak bertemu di Apartemen Puncak Permai.
“Selanjutnya mereka menuju Apartemen Puncak Permai dan sesampainya di tempat tersebut, korban Ivantara menyuruh saksi Afdul Rohman untuk masuk ke dalam mobil lalu para terdakwa membawa saksi Afdul Rohman berputar-putar Surabaya menggunakan mobil tersebut,” jelas jaksa.
Di dalam mpboil tersebut, Rohman juga mendapat perlakuan yang sama dijebak dengan kasus trafficking. Handphonen milik Rohman merek Realme C55 dan dompet berisi STNK, ATM dan KTP turut disita para terdakwa.
Para terdakwa kemudian mengeluarkan pistol mainan dan menawarkan kasusnya diselesaikan atau dilanjutkan. Namun saat itu, Rohman menjawab agar kasusnya diselesaikan saja.
“Namun terdakwa tetap memaksa diselesaikan sekarang dengan meminta sejumlah uang. Kemudian saksi korban mengatakan ambil saja uang yang ada di ATM saya lalu terdakwa meminta pin ATM korban,” terang jaksa.
Pada saat para terdakwa lengah ini lah, Rohman kemudian berhasil membuka pintu dan melompat keluar dari mobil. Rohman yang sudah di luar lalu meneriaki para terdakwa maling.
“Para terdakwa melarikan diri karena dikejar oleh warga dan akhirnya berhasil ditangkap oleh warga selanjutnya dibawa ke kantor polisi,” tandas jaksa.
Dalam dakwaannya, ketiga pelaku kemudian dijerat dengan Pasal pasal 365 ayat 2 ke-2 KUHP. Adapun ancamannya yakni maksimal 12 tahun pidana penjara.
(Red)
