Hukum dan Kriminal
Kesal Lihat Suami Peluk Anaknya (Korban) Setiap Pulang Kerja, Seorang Ibu Bunuh Anak Tirinya yang Masih Berusia 9 Tahun

Kasus pembunuhan secara sadis dilakukan seorang ibu terhadap anak tirinya di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara pada Sabtu (25/2/2023).
Kalimantan – Berita Patroli – Kasus pembunuhan secara sadis dilakukan seorang ibu terhadap anak tirinya. Cemburu menjadi motif dalam aksi pembunuhan ini. Kejadian tersebut terjadi di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara.
Pelakunya berinisial MR (35) dengan tega membunuh anak tirinya Hasmiranda (9) dengan sadis pada Sabtu (25/2/2023).
MR pun telah ditangkap pihak berwajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Hasmiranda dibunuh MR di rumahnya di Jalan Dawing RT 05 Desa Liang Bunyu, Sebatik Barat.
Ketika itu kondisi rumahnya tengah sepi. Setelah melakukan pembunuhan MR diketahui membuang korban ke kolong rumah warga yang ada di pesisir pantai, berjarak sekitar 50 meter dari lokasi kejadian.
‘’Pembunuhan dilakukan sekitar pukul 10.00 Wita, di dalam rumah, ketika suami pelaku atau ayah korban sedang melaut,’’ujar Waka Polres Nunukan, Kompol William Wilman Sitorus, Senin (6/3/2023).
Saat ditanya petugas, MR menghabisi nyawa anak tirinya hanya karena cemburu melihat kedekatan korban dengan ayahnya. Setiap kali suaminya pulang melaut, si anak yang masih duduk di bangku kelas 3 SD ini akan langsung memeluk ayahnya dan merebut perhatiannya.
‘’Pelaku awalnya adalah tetangga dekat. Keduanya baru menikah siri sekitar enam bulan. Perhatian suami yang habis untuk putrinya mendasari perbuatan yang dilakukan pelaku terhadap anak tirinya,’’jelas William.
Petugas polisi juga mengaku heran dengan ekspresi pelaku yang tidak kelihatan menyesal setelah melakukan pembunuhan yang tergolong sadis tersebut.
Di hadapan petugas, pelaku mengakui ia sangat emosi karena korban seringkali melawan saat dinasehati.
Dari cerita pelaku, ia mendorong tubuh korban dengan kuat sampai wajah korban berdarah akibat terbentur lantai kamar mandi.
Saat korban belum sempat bangkit, pelaku langsung mengambil balok kayu di dekatnya, dan menghantamkannya ke kepala belakang dan leher korban berulang kali, sampai akhirnya korban babak belur dan sama sekali tak berdaya. Melihat korban tidak bergerak, pelaku sempat panik.
Dalam pengakuannya, pelaku mencoba membawa korban ke Puskesmas, namun di tengah jalan, ia baru sadar tidak membawa uang.
‘’Kemudian timbul niat pelaku untuk tidak membawa korban berobat. Pelaku akhirnya membawa korban ke siring laut dan mendorongnya ke bawah kolong rumah warga,’’lanjutnya.
Jasad anak perempuan malang tersebut baru ditemukan sepekan kemudian, pada Sabtu (4/3/2023) sekitar pukul 18.00 Wita. Kondisi mayatnya sudah membusuk dan bagian kepalanya terpisah dari badan. Begitu juga dengan bagian rahang korban. Selain itu, terdapat sejumlah luka robek dan lecet pada bagian tubuh korban.
Dari analisa dokter forensik RSUD Nunukan, kematian korban diduga kuat karena kerusakan otak yang berat/gegar otak berat, ditandai dengan keretakan tengkorak korban akibat hantaman balok kayu.
‘’Terkait terpisahnya tengkorak korban, kemungkinan akibat dari pembusukan,’’jelasnya. Polisi juga masih menunggu hasil diagnosa dari dokter forensik RSUD, terkait temuan luka lecet dan robek di sejumlah bagian tubuh korban.
Apakah luka tersebut terjadi setelah peristiwa penganiayaan dan pembunuhan, atau terjadi sebelum kejadian tersebut.
Dalam kasus ini, polisi mengamankan sejumlah barang bukti. Masing masing, 1 lembar baju lengan panjang warna abu abu, 1 lembar celana panjang warna coklat muda, 1 lembar kaos dalam warna biru, 1 lembar celana dalam orange, 1 lembar celana pendek warna biru gelap, 1 lembar baju perempuan warna coklat, dan sebuah balok kayu.
‘’Kita sangkakan pelaku dengan Pasal 338 KUHP dengan ancaman selama lamanya 15 tahun penjara, subsidair pasal 80 ayat (3) UURI Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, dengan ancaman hukuman penjara selama lamanya 15 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 3 miliar. Jika yang melakukan orang tuanya, ditambah 1/3 dari ketentuan,’’tutupnya. (Red)
